Di Balik Kedermawanan Jerman terhadap Pengungsi dan Imigran

Jerman adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di wilayah Eropa. Berdasarkan data statistik yang diambil pada tahun 2008, sekitar 82 juta jiwa penduduk Jerman di mana seperlima di antaranya memiliki latar belakang migrasi. Kemudian berdasarkan data statistik yang terbaru yang diambil pada tahun 2019 tercatat jumlah penduduk Jerman sekitar 83.2 juta jiwa. Dari hal ini dapat dilihat adanya kenaikan yang cukup signifikan dari jumlah penduduk di Jerman. Pertambahan jumlah penduduk ini berasal dari migrasi. Dapat dikatakan bahwa tanpa adanya migrasi, jumlah penduduk di Jerman akan menyusut. Hal ini dikarenakan angka kematian di Jerman masih lebih tinggi dibandingkan dengan angka kelahiran.


Jerman juga merupakan salah satu negara tujuan yang paling diminati oleh para pengungsi dan imigran setelah Amerika Serikat. Fenomena isu pengungsi dan imigran telah menjadi fenomena perdebatan politik dikalangan negara-negara anggota Uni Eropa. Hal ini yang menjadikan Jerman sebagai salah satu negara anggota Uni Eropa yang bersikap ramah terhadap imigran yang berbeda dengan negara anggota Uni Eropa lainnya. Dalam perkembangannya Jerman telah menjadi negara yang paling banyak menerima pengungsi atau imigran pada tahun 2015 di mana menjadikan Jerman sebagai negara yang dijuluki willkommenskultur atau “a culture of being welcoming” dalam menerima pengungsi jika dibandingkan dengan sejumlah negara Eropa lainnya. Hal inilah yang membuat Jerman terus-menerus bersikeras untuk mengembangkan kebijakanya terhadap imigran atau pengungsi, dengan salah satunya adalah menerapkan Kebijakan Pintu Terbuka atau yang biasa dikenal dengan Open Door Policy.

Kebijakan Pintu Terbuka dapat memberikan kemudahan kemudahan bagi para imigran dan pengungsi. Hal ini dikarenakan tujuan dari Kebijakan Pintu Terbuka ialah agar pengungsi dapat masuk ke Jerman dengan mudah tanpa mengikuti ataupun melaksanakan beberapa regulasi yang sudah ditetapkan dan diatur oleh Uni Eropa. Beberapa regulasi tersebut seperti Dublin Regulation yang menekankan negara anggota Uni Eropa bertanggung jawab kepada pengungsi yang datang ke negara mereka untuk di periksa sejumlah dokumen pribadi resmi, dan menjamin bahwa negara pertama yang mereka datangi adalah negara safe countries of origin yang penempatannya dilakukan oleh negara pertama yang mereka datangi. Maka tak heran jika pengungsi dan imigran berbondong-bondong mendatangi Jerman sebagai negara yang dituju.

Kebijakan Jerman terhadap isu imigran dan pengungsi memang dipandang cukup berbeda dengan respons kebijakan negara-negara lain di Eropa. Sebagian negara-negara Eropa merasa berat dan bahkan cenderung menolak terkait kedatangan imigran atau pengungsi. Selain itu juga mereka mengkritik respon Jerman yang mengeluarkan Kebijakan Pintu Terbukanya. Akan tetapi Jerman tetap bersikeras untuk mempertahankan kebijakannya dengan tetap menerima imigran atau pengungsi dengan tangan terbuka berlandaskan Open Door Policy. Kebijakan Jerman terhadap imigran atau pengungsi berupa Kebijakan Pintu Terbuka tentu saja menimbulkan tanda tanya besar. 

Apa yang Sebenarnya Terjadi di Balik Kebijakan Pintu Terbuka yang diprakarsai oleh Jerman ?

Jerman merupakan salah satu negara yang terletak di bagian tengah Eropa ini telah memiliki permasalahan demografi sejak dahulu. Perkembangan demografi di Jerman ditandakan dengan tiga hal, yaitu angka kelahiran rendah, meningkatnya usia harapan hidup, serta kondisi masyarakat yang menua. Inilah yang membuat Jerman dikenal dengan salah satu negara yang memiliki tingginya populasi penduduk usia tua atau Grey Population. Permasalahan meningkatkanya populasi penduduk usia nampaknya menjadi tantangan bahkan bencana untuk Jerman. Hal ini dikarenakan akan berdampak pada perekonomian Jerman. 

Baca Juga : Fenomena Gelombang Panas Terparah Sepanjang Sejarah Eropa

Pertumbuhan ekonomi tidak akan berkembang apabila menyusutnya populasi usia kerja yang nantinya akan berhubungan dengan penawaran tenaga kerja dan modal. Dari menyusutnya populasi usia kerja akan menghambat atau bahkan mengurangi potensi output pertumbuhan ekonomi yang akan menurunkan pendapatan perkapita. Di sisi lain, peningkatan populasi usia tua juga diiringi dengan peningkatan pensiunan yang nantinya akan menyebabkan tingginya biaya yang harus ditanggung pemerintah, seperti terdapatnya permintaan kualitas perawatan serta pelayanan kesehatan yang harus lebih baik.


Permasalahan demografi yang dialami Jerman yakni grey population memiliki dampak negatif terhadap berbagai sektor, khususnya kepada sektor perekonomian Jerman. Hal inilah yang membuat Jerman mengambil ide Kebijakan Pintu Terbuka sebagai salah satu solusi yang bisa menyelesaikan permasalahan ini dengan mengembangkan demografi dan memperluas tenaga kerja serta perekonomian negara. Jerman juga memiliki harapan terkait arus imigran karena dianggap bisa mengimbangi penurunan terhadap angkatan tenaga kerja. Jerman memandang bahwa imigrasi merupakan hal yang bisa mendatangkan manfaat dalam jangka panjang, hal ini dikarenakan imigrasi itu memiliki peranan yang cukup penting dalam kelangsungan hidup Jerman.

Jerman juga terkenal dengan negara industri yang maju. Sejatinya negara-negara industri yang maju memerlukan tenaga kerja guna menjaga agar tetap stabil kemampuan produksi mereka, salah satu caranya ialah dengan mengambil imigran di berbagai belahan dunia seperti apa yang dilakukan oleh Jerman ini. Jerman memandang positif terkait masuknya pengungsi sebagai imigran yang nantinya akan dijadikan sebagai tenaga kerja yang produktif. Imigran memiliki peran yang cukup signifikan juga terkait pertumbuhan perekonomian negara di Jerman. Hal ini dapat dilihat ketika peran imigran sebagai tax payer. Ketika sudah menjadi tenaga kerja yang produktif maka adanya kewajiban untuk membayar pajak yang nantinya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan pajak terbesar biasanya dibayarkan atau ditanggung oleh tenaga keja yang produktif.

Baca Juga : Sejumlah Alasan yang Mendorong Inggris Keluar dari Keanggotaan Uni Eropa

Kebijakan Pintu Terbuka Jerman terkait isu pengungsi atau imigran ini juga merupakan salah satu cara bagi Jerman untuk memenuhi national interest. Dengan kesan seakan Jerman merupakan negara yang menyambut hangat dan terbuka kepada pengungsi dan imigran, namun di sisi lain Jerman menggunakan kedok tersebut sebagai sarana untuk mencapai kepentingannya dalam mengatasi permasalahan demografi di negaranya. Kehadiran pengungsi atau imigran tersebut merupakan kesempatan bagi Jerman dalam mengisi angkatan tenaga kerja dan menjadikan mereka sebagai tenaga kerja yang produktif dengan seperangkat pelatihan yang telah disediakan, hal ini diambil karena melihat isu grey population di Jerman yang sangat tinggi. Selain itu juga Jerman menggunakan imigran sebagai alat dalam menopang serta mendorong pertumbuhan ekonomi Jerman dengan kedok Kebijakan Pintu Terbuka atau Open Door Policy.

Belum ada Komentar untuk "Di Balik Kedermawanan Jerman terhadap Pengungsi dan Imigran"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel