Kacamata Realisme : Analisis Kebijakan Amerika Serikat terhadap Perang Dagang dengan China Pada Masa Trump

Pertumbuhan ekonomi telah dianggap sebagai salah satu hal yang sangat penting dalam suatu negara. Maka tidak heran jika pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator atas keberhasilan pemerintahan suatu negara. Salah satu cara untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang diinginkan ialah dengan ikut serta dalam perdagangan internasional antar negara-negara. Pada globalisasi saat ini sistem perekonomian dunia menggunakan sistem perekonomian terbuka dimana dalam sistem internasional ini negara-negara telah melakukan interaksi satu sama lain yang pada akhirnya membentuk pola hubungan perdagangan yang biasa dikenal dengan perdagangan internasional. Dari sistem perdaganan yang terbuka ini mengakibatkan maraknya persaingan perdagangan antar negara semakin ketat.

Pada realitasnya interaksi yang terjalin antar negara tidak selalu berjalan dengan lancar. Hal ini dikarenakan setiap negara memiliki kepentingan nasionalnya nasionalnya (national interest) masing-masing dan berambisi untuk mewujudkannya. Perbedaan kepentingan antar negara inilah yang sering memicu terjadinya konflik, perselisihan, maupun persaingan antar negara. Konflik tersebut memiliki bentuk yang berbagai macam dimana salah satunya ialah Trade War atau Perang Dagang. 

Baca Juga : Konflik Persaingan Ideologi Arab Saudi - Iran di Timur Tengah

Menurut Conybeare perang dagang merupakan suatu fenomena yang dapat dikatakan sebagai konflik internasional yang berlangsung secara ketat antar negara yang berinteraksi berupa tawar menawar atau balas membalas dengan tujuan utamanya untuk mengamankan serta memperkuat kondisi ekonomi negara melalui sektor perdagangan barang dan jasa.


Konflik
Trade War atau Perang Dagang yang baru baru ini terjadi dipelopori oleh dua negara besar di dunia yakni Amerika Serikat dan juga China. Sebelumnya Amerika Serikat memang sudah menjadi negara super power yang mendominasi di berbagai bidang, seperti: ekonomi, politik dan bahkan budayanya, selain itu juga kekuasaan ekonominya yang menyebar diseluruh negara-negara di dunia. Di sisi lain lawannya yakni China merupakan negara yang memiliki kawasan sangat luas dan juga sumber daya manusia yang berlimpah. China juga memilih untuk menggunakan sistem ekonomi yang berbasis kapitalis yakni sistem ekonomi perdagangan, industri dan alat-alat produksi dikendalikan oleh swasta yang memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan dalam ekonomi pasar. Pemilik modal dalam melakukan usahanya berusaha untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya, sehingga inilah yang membuat perdagangan China dan pertumbuhan ekonominya semakin membaik dan bisa berdiri diantara negara-negara yang memiliki kekuasaan di dalam perdagangan dunia.

Dunia dikejutkan dengan tindakan Amerika Serikat maupun China yang menerapkan kebijakan luar negerinya dengan saling memberikan tarif bea masuk tinggi dan trade barriers lainnya ke masing-masing negara, atau melarang produk tertentu beredar di dalam negeri dari masing-masing negara bertikai. Tujuannya, selain memproteksi pasar dalam negeri, juga menekan defisit perdagangan negara bersangkutan terhadap negara lain.Lebih lanjut, penulis menggunakan Kacamata Realisme yang merupakan salah satu Grand Theory Hubungan Internasional dalam mengkaji isu Trade War antara Amerika Serikat dan China. Dalam realisme negara merupakan aktor utama dalam hubungan internasional yang bersifat rasional, memperhitungkan cost and benefit, dan berfokus pada struggle for power

Pada masa Trump memimpin, Amerika Serikat memanfaatkan economic statecraft untuk menggapai kepentingan nasionalnya. Econimic Statecraft merupakan upaya menggunakan instrumen ekonomi guna mempromosikan dan mempertahankan kepentingan nasional serta untuk menghasilkan hasil geopolitik yang menguntungkan negaranya. Hal ini terlihat dari perang tarif dagang antara Amerika dengan Tiongkok, di mana Amerika melakukan sanksi embargo terhadap barang-barang buatan China. Trump menerapkan kebijakan bea masuk 10% terhadap barang impor China yang mana langkah Trump ini mempertajam perang dagang antara Amerika dengan China . 

Selain itu juga dalam perang perdagangan unilateral ini, Trump menunjukkan bahwa ia berusaha untuk membawa Amerika Serikat kembali pada posisi hegemoninya hal ini sejalan dengan mottonya yaitu “America First ”. Trump meyakini bahwa pendekatan unilateralisme dan egosentris Amerika Serikat akan membuat negara ini semakin berkuasa dan mengalahkan pesaing pesaingnya, seperti Tiongkok. Menurutnya keputusan ini merupakan satu satunya cara untuk menjamin keamanan nasional Amerika Serikat. Hal ini sejalan dengan asumsi realisme dimana politik luar negeri diorientasikan pertama kali untuk mempertahankan keamanan nasionalnya. Mereka menghadapi security dilemma yang tiada habisnya. Konsep security dilemma merupakan situasi ketika tindakan yang diambil sebuah negara bertujuan untuk meningkatkan keamanannya dalam hal militer ataupun ekonomi yang dapat memaksa negara lain mengambil tindakan yang sama.

Kondisi security dilemma ini terlihat jelas ketika Amerika Serikat  mengenakan bea masuk sebesar US$50 miliar untuk barang-barang Tiongkok di bawah Pasal 301 Undang-Undang Amerika Serikat Tahun 1974 tentang Perdagangan, dengan mengatakan adanya "praktik perdagangan tidak adil" dan pencurian kekayaan intelektual.Sebagai pembalasan, pemerintah Tiongkok juga menerapkan bea masuk untuk lebih dari 128 produk AS, termasuk terutama sekali kedelai, ekspor utama AS ke Tiongkok. Dari konsep security dilema ini pada akhirnya akan menghasilkan adanya balance of power, yaitu mengacu pada keseimbangan antara negara-negara atau aliansi untuk mencegah satu entitas menjadi terlalu kuat. Dalam kebijakan tersebut Amerika ingin mempertahankan hegemoninya dalam hal perdagangan dunia ini. Oleh karena itu jika terjadinya hegemoni maka negara-negara lain tidak akan bisa berbuat apapun dan patuh terhadap negara tersebut.

Selain itu juga kebijakan politik luar negeri Amerika ini dalam pandangan realisme merupakan tindakan negara yang didorong oleh keinginan untuk survive atau mempertahankan diri dari ancaman keamanan yg terus menerus. Dalam hal ini Amerika menganggap bahwa China merupakan ancaman baginya. Dimana secara historis, Amerika Serikat mempunyai predikat sebagai negara dengan ekonomi terkuat selama 140 tahun. Akan tetapi predikat ini menjadi terancam dengan keberadaan China, karena pertumbuhan Gross Domestic Product China berkembang lebih tinggi dibanding Amerika Serikat. Hal inilah yang membuat Trump menerapkan dan menandatangani kebijakan kenaikan tarif terhadap barang dari China, yaitu baja sebesar 25% dan untuk alumunium 10%. Trump befikir bahwa globalisasi saat ini hanya merugikan Amerika Serikat. Ia menganggap bahwa praktek perdagangan internasional yang dilakukan China dianggap tak adil. Hal ini didasarkan atas kekhawatiran Amerika Serikat terhadap China yang semakin mengalami surplus dan meraih keuntungan yang paling besar. Maka dari itu dengan kebijakannya Amerika Serikat dipimpin oleh Trump berusaha untuk melindungi keamanan nasionalnya dari ancaman yang ada.

Baca Juga : Hegemoni Amerika dibalik IMF dalam Kacamata Neorealisme

Jika dilihat dari beberapa kebijakan yang diterapkan oleh Amerika Serikat itu sesuai dengan asumsi-asumsi realisme dalam politik luar negeri. Dapat dilihat dimana Trump melalui kebijakan-kebijakannya berusaha untuk mempertahankan  Amerika Serikat sebagai negara hegemoni di dunia internasional serta untuk melindungi keamanan nasionalnya dalam hal ekonomi. Amerika Serikat merasa curiga terhadap China dan menjadikan China sebagai ancaman karena pertumbuhan ekonomi yang semakin baik sehingga membuat Amerika Serikat harus mengalahkan pesaingnya yaitu China dengan penerapan sejumlah kebijakan politik luar negerinya. Jika dalam teori realisme dikatakan bahwa setiap negara memilki kepentingannya masing-masing dan ntuk mewujudkan keinginannya itu mereka rela untuk melakukan apapun bahkan mendominasi kekuasaan. Hal inilah yang dilakukan oleh Amerika Serikat untuk mempertahankan hegemoninya dalam perekonomian dunia.

Belum ada Komentar untuk "Kacamata Realisme : Analisis Kebijakan Amerika Serikat terhadap Perang Dagang dengan China Pada Masa Trump"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel