Reformasi Ekonomi Sejumlah Negara di Timur Tengah

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa kawasan Timur Tengah merupakan kawasan yang diberkahi dengan segala kekayaan sumber daya minyak dan gas yang melimpah. Hal tersebut membuat sektor minyak menjadi sektor yang paling berperan secara signifikan dalam pertumbuhan perekonomian sebagian besar negara di kawasan Timur Tengah.

Namun seiring perkembangannya zaman, sejumlah negara di Timur Tengah telah berupaya melakukan reformasi ekonomi dengan sejumlah trobosan baru guna dapat tetap mendorong pertumbuhan perekonomianya. Salah satunya dengan cara diversifikasi ekonomi.

Apa itu Diversifikasi Ekonomi ?

Tak bisa dipungkiri, semakin derasnya arus globalisasi yang terjadi saaat ini, telah memaksa setiap negara melakukan reformasi ekonomi dengan terus melakukan perkembangan dan inovasi baru khususnya dalam sektor ekonomi agar dapat memaksimalkan serta menjaga kestabilan dari pendapatan suatu negara. Diversifikasi ekonomi pun menjadi langkah yang ditempuh terlebih bagi sejumlah negara yang selama ini hanya mengandalkan satu sumber saja untuk pendapatannya, dalam kasus ini seperti industri minyak dan gas alam bagi negara-negara di kawasan Timur Tengah.

Negara-negara tersebut melihat adanya kondisi yang mengharuskan bagi mereka untuk melebarkan sayap sebagai sumber pemasukan negaranya jika ingin terus bertahan dan memiliki pengaruh yang signifikan di kawasan. Dimana tentunya hal tersebut akan melibatkan lebih banyak aktor di luar negara dalam prosesnya.

Diversifikasi ekonomi dapat dikatakan sebagai sebuah proses pergeseran ekonomi dari satu sumber pendapatan ke arah berbagai sumber dari berbagai sektor dan pasar yang berkembang. Hal tersebut akan berdampak pada pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang positif. Diversifikasi ekonomi juga dikatakan sebagai elemen kunci dari pembangunan ekonomi, hal ini dikarenakan jika suatu negara telah menerapkan diversifikasi ekonomi maka negara tersebut akan bergerak ke struktur produksi yang lebih beragam dan mencapai kondisi yang lebih stabil untuk pertumbuhan dan pembangunan yang adil.

Selain itu, dengan terdiversifikasinya perekonomian telah melibatkan sejumlah aktor seperti masyarakat yang lebih luas serta sektor swasta merupakan hal yang diperlukan selama proses diversifikasi berlangsung. Hal tersebut dikarenakan adanya kebutuhan terkait pengembangan sektor swasta dalam meraih berbagai keuntungan seperti menciptakan lapangan pekerjaan, menarik datangnya Foreign Direct Investment  (FDI), transfer teknologi dan ilmu pengetahuan baru, dan sejumlah keuntungan lainnya.

Sejalan konsep kapitalisme negara, dimana sebuah negara melihat pasar sebagai alat yang dapat melayani kepentingan nasional atau elit yang berkuasa sehingga dibutuhkan berbagai cara untuk memaksimalkan serta memperbesar pengaruh politik maupun ekonominya baik di mata masyarakatnya maupun internasional. Dengan melihat diversifikasi ekonomi sebagai sebuah langkah yang tepat dalam meraup sejumlah keuntungan, maka sebuah negara akan berusaha untuk memaksimalkan proses diversifikasi yang berlangsung guna mendorong pertumbuhan ekonominya.

Bagaimana Faktor yang Mendorong Sejumlah Negara di Timur Tengah untuk Melakukan Diversifikasi Ekonomi ?

Sudah tidak asing lagi jika mendengar negara-negara Timur Tengah, maka hal yang terpikirkan adalah melimpahnya sejumlah kekayaan yang berasal dari komoditas minyak dan gas. Sumber daya alam tersebut seakan sudah menjadi alat permata bagi sejumlah negara Timur Tengah baik dalam segi ekonomi maupun kontestasi politik guna memperluas pengaruhnya di panggung internasional.

Baca Juga : Berikut Sejumlah Dampak Dari Fenomena Arab Spring di Timur Tengah

Dikaruniai sumber daya alam minyak dan gas yang berlimpah memang merupakan sebuah anugerah, akan tetapi hal tersebut juga sering dikatakan sebagai sebuah bencana. Memiliki suatu komoditas berharga layaknya permata telah menimbulkan ketergantungan bagi sejumlah negara Timur Tengah terhadap komoditas minyak dan gas. Hal ini akan berakibat fatal jika terdapat sejumlah kendala terkait komoditas tersebut seperti salah satunya, fluktuasi harga minyak.

Sejumlah negara di Timur Tengah khususnya yang tergabung dalam Dewan Kerjasama Teluk (The GCC) memiliki kategori ekonomi tradisional yang bergantung pada minyak sejak lama. Pendapatan dari minyak telah menjadi sumber utama kekayaan bagi mereka. Namun seiring berjalannya waktu, mereka cukup menderita akibat dari fluktuasi harga minyak yang pada akhirnya mendorong sejumlah negara di kawasan Timur Tengah untuk mendiversifikasi ekonominya.

Terdapat beberapa alasan sejumlah negara di Timur Tengah terdorong untuk melakukan diversifikasi ekonominya. Pertama, mereka telah menyadari bahwa akan terjadi kondisi dimana menipisnya cadangan hidrokarbon di masa yang akan datang. Kedua, mereka mempercayai bahwa harga minyak akan terus berfluktuasi (tidak stabil). Ketiga, model ekonomi saat ini ialah model negara alokasi. Keempat, adanya kesulitan di masa yang akan datang untuk mengamankan standar hidup yang tinggi bagi penduduk.

Sejumlah negara di Timur Tengah juga telah sadar bahwa dengan melakukan diversifikasi ekonomi dapat mendorong pembangunan dan menciptakan peluang kerja yang nantinya akan memberikan keuntungan pada perekonomian negaranya. Negara-negara Timur Tengah telah berusaha untuk mendiversifikasi ekonominya di berbagai sektor, salah satunya di sektor industri pariwisata. 

Siapa saja Negara di Kawasan Timur Tengah yang Tengah Berusaha Menerapkan Diversifikasi Ekonomi ?

Diversifikasi ekonomi telah menjadi urgensi baru bagi sejumlah negara di kawasan Timur Tengah. Sejumlah kendala dan tantangan terus menghantam perekonomian kawasan tersebut seperti, harga minyak yang tidak stabil dan terus berfluktuasi, menipisnya cadangan minyak di masa yang akan datang, serta baru baru ini terjadi pandemi virus corona yang juga mendorong harga minyak turun drastis.Sejumlah rintangan tersebut telah menyadarkan beberapa negara di kawasan Timur Tengah untuk tidak lagi bergantung pada satu komoditas yakni minyak dan gas.

Hal tersebut mendorong sejumlah negara di Timur Tengah untuk melakukan diversifikasi ekonomi dimana suatu negara tidak boleh bergantung pada sumber yang unik untuk pendapatannya, namun diperlukan keragaman pendapatan atau variasi pendapatan dari berbagai sumber pendapatan negara untuk tetap dapat mendorong perekonomian suatu negara. Berikut beberapa negara di Timur Tengah yang tengah melakukan diversifikasi ekonomi antara lain :

    1. Uni Emirat Arab (UEA)

Uni Emirat Arab (UEA) menjadi negara merdeka pada tahun 1971, dengan pembentukan lembaga ekonomi, sosial, dan politik formal. Negara ini merupakan federasi yang terdiri dari tujuh Emirat, antara lain yaitu: Abu Dhabi, Ajman, Al Fujairah, Dubai, Ras al Khaymah, Sharjah, dan Umm Al Quwain. Sejak tahun 1970-an, UEA telah mendapatkan pendapatan yang besar, khususnya dalam sektor ekonomi dari minyak dan gas sehingga memungkinkan terciptanya sistem kesejahteraan yang luas bagi penduduk Emirates.

Karena hal itu pula, UEA telah berhasil menciptakan stabilitas politik dan sosial berkat distribusi pendapatan minyaknya yang sangat besar dalam bentuk infrastruktur sosial dan ekonomi, serta standar layanan sosial yang tinggi yang mencakup kesehatan dan pendidikan. UEA memainkan peran regional yang signifikan, baik secara sepihak maupun multilateral. Sebelum melakukan diversifikasi ekonomi, ekonomi UEA sangat bergantung dan berfokus pada komoditas minyak.

Namun seiring perkembangannya, UEA telah menyadari bahwa cadangan minyak yang mulai menipis dan harga minyak yang terus berfluktuasi akan membawa malapetaka pada perekonomiannya jika terus bergantung pada satu komoditas. Oleh karena itu, UEA tengah berusaha untuk mendiversifikasikan ekonominya khususnya dengan mengembangkan sektor pariwisata. Dalam beberapa dekade terakhir, ekonomi UEA telah mengalami peningkatan relatif dalam sektor non-minyak.

Baca Juga : Indonesia Terus Promosikan Pariwisata di Jerman

Kontribusi relatif dari berbagai sektor ekonomi terhadap PDB mengalami pergeseran secara nyata selama bertahun-tahun. Sektor non-minyak, terutama industri pariwisata terus mengalami pertumbuhan yaitu sebanyak 9,3 % pada tahun 2007 dan 6,0% pada tahun 2008, yang secara tidak langsung akan memiliki peran penting dalam perekonimian UEA dan juga merupakan suatu cara untuk menghindari ketergantungan pada sektor minyak dan gas.

UEA merupakan salah satu negara yang sukses dalam mendiversifikasikan ekonominya di bidang pariwisata dimana pasar perhotelan UEA mencatat pertumbuhan sebesar 67% dengan pendapatan menjadi $ 7,5 Miliar pada tahun 2016 yang sebelumnya naik dari $ 4,5 Miliar pada tahun 2011 karena permintaan pengunjung yang meningkat terhadap produk pariwisata. Hal ini yang menjadikan UEA sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat serta memegang sektor industri Pariwisata terbesar dan terkuat. Dubai memegang hingga 66% bagian dari ekonomi pariwisata UEA, Abu Dhabi memegang 16%, dan Sharjah 10%. Sektor industri Pariwisata UEA merupakan sektor jasa non minyak yang paling berkembang dan kuat karena memiliki pengaruh positif terhadap perekonomian UEA.

    2. Tunisia

Seperti halnya UEA, Tunisia juga merupakan salah satu negara di kawasan Timur Tengah yang melakukan diversifikasi ekonomi melalui industri pariwisata. Namun sebelum diversifikasi tersebut, kebijakan ekonomi Tunisia lebih cenderung kepada liberalisasi ekonomi. Sejak tahun 1986, liberalisasi ekonomi menjadi pilihan utama kebijakan ekonomi Tunisia. Hal ini dilakukan sebagai bentuk upaya pengoptimalan proses pembiayaan yang mendukung pertumbuhan ekonomi Tunisia, dimana pihak berwenang memilih untuk bersikap lebih fleksibel dalam perekonomian dan memberikan peran yang lebih aktif pada sektor swasta dalam proses pertumbuhan.

Pemerintah Tunisia terus berusaha untuk mendiversifikasi produk parawisata, yaitu melalui pengembangan pilihan nilai tambah tinggi seperti wisata kesehatan dan wisata budaya/ekologi, golf, peningkatan kualitas layanan kepada klien, dan promosi pemasaran membantu meningkatkan aktivitas dan daya saing wisatawan. Pada awalnya pengembangan pariwisata Tunisia dipimpin oleh negara. Sehingga pemerintah memainkan peran intervensionis yang kuat dalam mendorong perencanaan pariwisata, penyediaan infrastruktur dan bertindak sebagai pengusaha dan bankir. Namun proses pembangunan pariwisata yang dipimpin negara ini tidak berlangsung lama, karena Tunisia mulai melakakukan kebijakan infitah yaitu keterbukaan untuk investasi swasta.

Kebijakan Infitah itulah yang menandai dimulainya diversifikasi ekonomi di Tunisia. Dengan adanya pengenalan kebijakan infitah ini, tidak butuh waktu lama untuk hampir seluruh sektor pariwisata Tunisia dilakukan privatisasi. Pada tahun 1968 diperkirakan sekitar 83% dari industri pariwisata telah diprivatisasi. Walaupun memang privatisasi ini sebenarnya tidak berjalan mulus karena banyak jaringan hotel swasta yang diprivatisasi  dikuasai oleh keluarga pemimpin negara berkat monopoli industri.

Akan tetapi Sejak tahun 1970-an, industri pariwisata telah menjadi salah satu bagian penting dari upaya pembangunan perekonomian Tunisia. dengan upaya negara untuk memobilisasi modal di sektor pariwisata pada 1960-an dan 1970-an, pantai-pantai Tunisia dipenuhi  dengan ledakan permintaan wisatawan Eropa Utara untuk hotel-hotel dengan biaya murah untuk sekedar melihat matahari, laut, dan pasir Tunisia. Pada tahun 1980, Tunisia menyambut lebih dari satu setengah juta pengunjung, hal ini menghasilkan penerimaan pariwisata secara total 7 persen dari PDB.

    3. Kerajaan Arab Saudi

Sebagai salah satu negara pengekspor minyak terbesar di dunia, hubungan perdagangan Arab Saudi sudah terjalin dengan baik dan memiliki jangkauan global yang sangat luas. Pendapatan yang diperoleh dari komoditas minyak telah mendanai sejumlah program sosial, infrastruktur negara, dan juga perekonomian Kerajaan. Dengan memiliki cadangan minyak kurang lebih sekitar 297.7 miliar barel telah menjadikan Arab Saudi sebagai produsen minyak terbesar kedua di dunia.

Menurut laporan Statistical Review of World Energy 2019, Kerajaan Arab Saudi memiliki lebih dari 17% saham global dimana pada tahun 2018 telah menyumbang sekitar 13% dari total pasokan. Kerajaan Arab Saudi juga mempertahankan gelarnya sebagai pengekspor minyak terbesar di dunia dengan mengirimkan sekitar 367.4 juta ton ke luar negeri seperti Asia, India, China, Jepang yang masing masing mengambil 39.3 juta ton, 56.7 juta ton dan 57.4 juta ton. Wilayah Eropa dan AS juga merupakan klien penting dari industri hidrokarbon Arab Saudi dimana masing masing menyumbang lebih dari 40 juta ton ekspor pada tahun 2018.

Hal tersebut membuktikan bahwa skala aktivitas komoditas minyak dan gas Arab Saudi telah menjadi komponen utama dalam perekonomian negara. Neraca perdagangan Kerajaan Arab Saudi dinilai sangat bergantung pada komoditas minyak dan gas. Oleh karena itu, trobosan baru diperlukan dimana pada tahun 2016 Putra Mahkota Mohammed bin Salman bin Abd- al-Aziz Al Saud atau yang biasa dikenal dengan MbS telah mempersiapkan masa depan ekonomi Arab Saudi yang ditandai dengan terciptanya dialog Vision 2030.

Visi Saudi 2030 merupakan trobosan baru untuk mengurangi ketergantungan Arab Saudi pada komoditas minyak dan gas dengan cara mendiversifikasikan ekonomi Arab Saudi. Untuk mencapai diversifikasi ekonomi, Arab Saudi berupaya meningkatkan investasi asing, meningkatkan partisipasi UMKM dalam perekonomian negara, meningkatkan penciptaan lapangan kerja, dan mengembangkan sejumlah sektor seperti kesehatan, pendidikan, infrastruktur, dan pariwisata.

Baca Juga : Kronologis Taliban Menguasai Negara Afghanistan

Arab Saudi juga memiliki rencana untuk mengubah ibu kota Riyadh menjadi pusat ekonomi, sosial dan budaya pada tahun 2030 dengan menghabiskan dana sekitar 800 miliar USD. Diketahui baru-baru ini, Riyadh telah membuka pintunya ke dunia internasional yang sebelumnya belum pernah terjadi yang ditandai dengan peluncuran Riyadh Season. Acara Riyadh Season ini merupakan acara budaya dan program hiburan baru dalam sejarah Arab Saudi yang menawarkan lebih dari 100 kegiatan menarik dan diisi dengan sejumlah artis internasional terkemuka serta memungkinkan penduduk lokal dan wisatawan untuk menjelajahi, merasakan pengalaman yang istimewa, dan melihat Arab Saudi dengan cara yang tidak pada biasanya.

Riyadh Season merupakan trobosan baru bagi Arab Saudi yang mana sebagai salah satu wujud dari implementasi Diversifikasi Ekonomi melalui Saudi Vision 2030. Hal ini bertujuan untuk membangun industri hiburan sebagai komponen penting dalam ekonomi nasional, dan menawarkan sejumlah peluang yang belum pernah ada sebelumnya bagi penduduk dan pengunjung untuk menikmati hiburan dan aktivitas berkelas internasional di 12 zona yang tersebar di seluruh kota.

Belum ada Komentar untuk "Reformasi Ekonomi Sejumlah Negara di Timur Tengah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel