Sejumlah Alasan Inggris Keluar dari Keanggotaan Uni Eropa

Pada tahun 1973 tepatnya pada tanggal 1 Januari, Britania Raya resmi bergabung dalam keanggotaan Uni Eropa bersama dengan Irlandia dan Denmark. Sebelum menjadi anggota, Inggris telah mengajukan sejumlah permohonan untuk bergabung dalam Uni Eropa sebanyak dua kali pada tahun 1960-an. Akan tetapi upaya Inggris tersebut di tolak oleh Presiden Prancis Charles De Gaulle, hal tersebut dikarenakan terdapat asumsi bahwa Inggris terlalu bergantung pada Amerika Serikat. Sehingga mereka merasa jika Inggris bergabung hanya dapat merugikan daratan Eropa.

Uni Eropa adalah lembaga utama regional kawasan Eropa yang dibentuk pasca Perang Dunia II oleh sejumlah negara Eropa Barat yang berusaha untuk mencapai ikatan ekonomi, sosial, dan politik untuk dapat meraih pertumbuhan ekonomi dan keamanan militer sejumlah negara di Eropa. Organisasi regional di Eropa, sebenarnya telah mengalami rentetan peristiwa. Singkatnya, pada 1965  anggota European Economic Community (EEC) yang menandatangani Perjanjian Brussels.

Perjanjian tersebut menggabungkan komisi EEC dengan European Atomic Energy Community (EURATOM) dan otoritas tinggi European Coal and Steel Community (ECSC) menjadi satu komisi dimana hal ini merupakan cikal bakal dari Uni Eropa. Hingga pada akhirnya hadir Traktat Maastricht 1992 yang menjadikan Uni Eropa secara resmi terbentuk dan banyak negara eropa lain yang kemudian ikut bergabung.


Apa itu BREXIT ?

Istilah "Brexit" memang cukup populer belakangan ini. Brexit adalah singkatan dari Britain Exit yang memberikan penjelasan terkait keluarnya Inggris dari Uni Eropa setelah kurang lebih sekitar 43 tahun Inggris tergabung dalam keanggotaan Uni Eropa. Sebelumnya, dialog terkait Brexit ini sudah mulai beredar tepatnya pada tahun 2016 dimana Perdana Menteri Inggris David Cameron menyatakan ia berjanji bahwa Inggris akan mengadakan referendum guna menentukan masa depan Inggris terkait dua pilihan, menetap sebagai anggota Uni Eropa atau melepaskan keanggotaanya dari Uni Eropa.


Brexit menjadi sebuah era baru bagi Inggris yang memungkinkan untuk mengatur dan mengurus kepentingan nasionalnya sendiri yang bebas dari intervensi Uni Eropa. Peristiwa Brexit ini melalui proses yang panjang ketika sebelumnya pada 24 Juni 2016 telah diumumkan hasil referendum. Hasil tersebut menyatakan bahwa 51,9% masyarakat Inggris memilih untuk keluar dari keanggotaan Uni Eropa dan 48,1% memilih untuk tetap bertahan.

Proses Brexit ini membutuhkan kurang lebih dua tahun untuk benar-benar secara resmi. Hal ini dikarenakan terdapatnya aturan dalam Lisbon Treaty mengenai ketentuan proses keluarnya anggota Uni Eropa yang menyatakan bahwa jika suatu negara melepaskan keanggotaannya, maka wajib bagi mereka untuk memberikan notifikasi kepada Dewan Uni Eropa  selama kurun waktu dua tahun. Hal tersebut dilakukan agar dapat melakukan dialog negosiasi dengan dewan serta menetapkan syarat atas penarikan keanggotaannya. Hingga pada akhirnya tepatnya tanggal 1 Februari 2020, secara resmi Inggris telah keluar dari keanggotaan Uni Eropa.


Alasan Apa yang Mendorong Inggris Untuk Keluar dari Keanggotaan Uni Eropa ?

Sejak keanggotaan Inggris di Uni Eropa, tak bisa dipungkiri bahwa hal tersebut telah memberikan keuntungan yang cukup signifikan bagi Uni Eropa dan memberikan efek negatif bagi Inggris sendiri. Uni Eropa memang merupakan pasar yang sangat potensial bagi komoditas yang dihasilkan oleh Inggris, namun banyaknya imigran Eropa maupun di luar kawasan Eropa yang terus berbondong-bondong masuk ke wilayah Inggris telah menimbulkan sejumlah kecemasan bagi rakyat asli Inggris terkait persaingan yang ketat dengan para imigran. Hal tersebut yang menjadi salah satu faktor utama sebagian besar warga Inggris memilih untuk melepaskan keanggotaannya dari Uni Eropa.

Uni Eropa merupakan lembaga supranasional yang menentukan aturan dengan cara proses perundingan antara eksekutif negara anggota dimana hasil dari keputusan tersebut mengikat semua negara anggota. Hal ini menyebabkan pemberlakukan kebijakan pasar tunggal Eropa seperti arus pekerja, barang, dan jasa dapat bergerak secara mudah dan bebas di seluruh negara anggota Uni Eropa. Tak lupa kebijakan Open Door Immigration Policy yang dicetuskan oleh Uni Eropa sebagai perintah wajib bagi seluruh anggota Uni Eropa seperti Inggris untuk membuka lebar keamanan perbatasannya bagi para imigran. Sehingga mereka bisa dengan mudah masuk dan menetap di sejumlah negara anggota Uni Eropa seperti Inggris.


Masuknya dengan bebas sejumlah imigran di Inggris ini telah membuat kekhawatiran masyarakat Inggris terkait arus pekerjaan, barang, dan jasa dari dalam negara kawasan maupun luar kawasan yang mana dapat berpotensi mengancam eksistensi ketersediaan lapangan pekerjaan bagi warga asli Inggris. Kebanyakan warga Inggris melihat fenomena tersebut dalam satu perspektif dimana semakin banyaknya imigran yang datang ke Inggris maka akan semakin ketatnya persaingan yang akan mengakibatkan peningkatan angka pengangguran bagi masyarakat Inggris sendiri.


Selain kekhawatiran akan persaingan lapangan pekerjaan yang ketat, Inggris juga tidak terlepas dari ancaman dan masalah terkait pertahanan dan keamanan negara. Mudahnya akses keluar masuk imigran ke negara Inggris menyebabkan peningkatan resiko terhadap isu keamanan di Inggris, seperti terkait terorisme, penyelundupan, dan ancaman di wilayah perbatasan. Hal ini tak terlepas dari kebijakan yang diterapkan oleh Uni Eropa yang mengatur hal tersebut. 
Inggris adalah salah satu negara anggota Uni Eropa yang cukup pesimis terhadap berbagai kebijakan Uni Eropa terkait imigran. Tidak terkontrolnya imigran yang masuk bisa menyebabkan permasalahan baru yang pada akhirnya menimbulkan rasa tidak percaya masyarakat Inggris terhadap Uni Eropa.

Isu terkait imigrasi ini yang dianggap sebagai hal yang hanya mendatangkan kerugian bagi Inggris dalam hal kedaulatan, keamanan, serta kepentingan nasional. Hal tersebut terabaikan karena sejumlah aturan yang dikendalikan oleh Uni Eropa, padahal dalam sejarahnya Inggris merupakan sebuah peradaban bangsa yang besar dan negara yang mandiri. Bahkan jika kita mengingat sejarah kembali, Inggris lah yang menjadi pelopor dari peristiwa revolusi industri yang memiliki pengaruh besar dalam sistem ekonomi dunia saat ini. Dari sejumlah alasan dan keyakinan tersebutlah yang membuat masyarakat Inggris memilih untuk melepaskan keanggotaannya dari Uni Eropa.


Bagaimana Dampaknya Pasca Brexit ?

Wacana Brexit ini telah mengakibatkan sejumlah perpecahan baik di antara partai politik di Inggris, di sejumlah negara Eropa, dan bahkan perpecahan penduduk Inggris. Bahkan Brexit juga mengakibatkan peristiwa tragis yang dialami oleh salah satu anggota parlemen perempuan Inggris dari Partai Buruh Jo Cox, tewas tertembak oleh orang yang menentangnya yang menyerukan Inggris untuk tetap berada dalam Uni Eropa.

Brexit juga telah memecah belah pandangan masyarakat Inggris. Banyak dari sebagian mereka yang melihat peristiwa Brexit ini sebagai peluang untuk masa depan Inggris yang lebih cerah. Di sisi lain, sebagian dari mereka sangat mencemaskan dampaknya yang berujung pada kebingungan dan keresahan sehingga berdampak buruk terhadap kondisi ekonomi nasional Inggris.

Selama bergabung dengan Uni Eropa pertumbuhan ekonomi Inggris memang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Salah satu alasannya karena angka ekspor Inggris paling besar ke sejumlah negara anggota Uni Eropa dibandingkan dengan nilai ekspor ke negara-negara Eropa maupun diluar kawasan Eropa. Secara garis besar sejumlah aspek yang mendorong pertumbuhan ekonomi Inggris berasal dari nilai ekspor, FDI, dan lapangan pekerjaan yang menunjukkan hasil yang baik selama keanggotaan Inggris di Uni Eropa.


Kemudian, adanya regulasi mengenai imigran yang wajib membayar pajak secara khusus telah memperoleh keuntungan bagi perekonomian Inggris. Namun, sejumlah keuntungan tersebut dirasa tidak sepadan dengan kerugian yang dirasakan oleh masyarakat lokal Inggris. Terdapat sejumlah permasalahan yang timbul dari banyaknya imigran seperti, permasalahan ekonomi, permasalahan layanan kesehatan nasional, permasalahan tempat tinggal, dan permasalahan keamanan. Hal tersebut yang pada akhirnya berujung pada peristiwa Brexit.


Setelah referendum Brexit resmi pada 1 Februari 2020,
Bank of England menyatakan bahwa pada awal bulan Mei 2020 ekonomi Inggris dapat menyusut hingga 14% tahun 2020 dan akan terus menimbulkan kontraksi tahunan terbesar sejak penurunan 15% pada tahun 1706. Dikabarkan juga bahwa PDB Inggris bisa turun 25% dalam tiga bulan hingga akhir Juni 2020. Selain itu, sejak Inggris resmi melepas keanggotaannya dari Uni Eropa, Inggris telah mengalami kemerosotan pertumbuhan ekonomi. Pound Inggris telah turun lebih dari 8% menjadi kurang dari $1,22 dan juga telah jatuh lebih dari 5% terhadap Euro.

Bagaimana Masa Depan Inggris Pasca Brexit ?

Setelah proses perjalanan yang sangat panjang dalam menentukan nasib Inggris dalam keanggotaan Uni Eropa, ekonomi Inggris memang telah mengalami up and down dari sejak bergabung keanggotaan hingga memutuskan untuk keluar. Banyak dari beberapa ahli yang memperkirakan dengan adanya peristiwa Brexit ini akan menyebabkan Inggris untuk bertindak lebih mandiri karena akan melepas berbagai aturan yang selama ini mengikat Inggris ketika masih menjadi anggota Uni Eropa. Hal ini akan berdampak baik khususnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang stabil dan meningkat karena bisa lebih bebas untuk mengatur perdagangan ekspor-impor tanpa hambatan dari aturan tanpa intervensi Uni Eropa.

Selain itu, sebagian masyarakat Inggris percaya bahwa Brexit adalah langkah yang tepat. Akan tetapi sejumlah implikasi ekonomi nasional mulai terlihat seperti dalam aspek perdagangan, ketenagakerjaan, dan industri. Hal ini menimbulkan asumsi bahwa masa depan ekonomi Inggris menjadi tidak pasti, walaupun tidak lebih baik dari sebelumnya. Karena Inggris tidak lagi bergantung pada negara anggota Uni Eropa dalam meningkatkan ekonominya. Mengingat dahulu Inggris sangat fokus ke pasar sejumlah negara anggota Uni Eropa dibandingkan negara lain.


Brexit juga memberikan dampak negatif bagi perekonomian Inggris, ditambah kondisi global sekarang dimana dunia sedang dilanda pandemi Covid-19. Hal tersebut membuat sejumlah negara termasuk Inggris sangat terpukul perekonomiannya akibat dari pandemi global ini. Mengingat Inggris sudah memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa, yang berarti Inggris harus bisa berupaya sendiri dalam mengembalikan kondisi perekonomian negaranya. Dengan sejumlah terobosan strategi baru dan pengurangan akses ketergantungan pada pasar Uni Eropa, serta mengejar peluang di luar Uni Eropa merupakan hal yang harus diupayakan oleh Inggris guna mendorong kestabilan perekonomian negaranya.

Belum ada Komentar untuk "Sejumlah Alasan Inggris Keluar dari Keanggotaan Uni Eropa"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel