Memahami Fenomena Arab Spring di Timur Tengah

Fenomena Arab Spring atau dalam bahasa Indonesia-nya dikenal dengan Musim Semi Arab merupakan sebuah gerakan gelombang protes dan juga kerusuhan para penduduk sipil yang melanda dunia Arab di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara sejak tahun 2010. Mereka membawa gagasan pro-demokrasi dengan menantang sejumlah rezim otoriter yang telah mengakar di kawasan tersebut. Gerakan demonstrasi yang diinisiasi oleh sejumlah aktivis pemuda ini mengantarkan beberapa perubahan maupun dampak bagi dunia Arab khususnya di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.

Apa itu Arab Spring dan Bagaimana Awal Munculnya Fenomena Arab Spring ?

Seperti yang sudah disebutkan diatas bahwa Arab Spring adalah sebuah gerakan demonstrasi yang menuntut sejumlah perubahan terhadap rezim otoriter di dunia Arab khususnya di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Gerakan Arab Spring ini bermula di Tunisia, di mana protes anti-pemerintah telah mengguncang Tunisia sejak tahun 2010. Pada saat itu Tunisia berada di bawah rezim Zine El Abidine Ben Ali yang dinilai kurang memuaskan, karena buruknya kondisi perekonomian, meningkatnya angka kemiskinan, meningkatnya tindakan korupsi, hingga banyak orang yang menganggur di Tunisia.

Sejumlah masyarakat merasakan kesulitan karena situasi yang terjadi di Tunisia, begitupun dengan Mohamed Bouazizi yang merupakan seorang pedagang asongan buah dan sayur. Ia harus berhadapan dengan polisi yang berusaha untuk menyita barang dagangannya yang mana merupakan satu-satunya sumber hasil pendapatannya. Karena kekecewaan dan keputusasaannya, Mohamed Bouazizi melakukan percobaan bunuh diri dengan cara membakar dirinya sendiri. Ia sempat dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tidak tertolong karena luka bakar yang sangat parah dari aksinya itu.

Baca Juga : Strategi Negara-Negara Arab Dalam Melepas Ketergantungan Pada Minyak 

Aksinya tersebut memicu kekecewaan pengunjuk rasa di Tunsia terhadap rezim semakin meningkat, hingga masyarakat menjadikan Mohamed Bouazizi sebagai simbolik perlawanan rakyat atas rezim Ben Ali. Protes di Tunisia didokumentasikan dan disebarkan melalui media massa, sehingga membuat situasi semakin memanas. Sejumlah respon, kecaman, dukungan diberikan oleh seluruh masyarakat internasional. Dengan semua kekacauan dan kerusuhan yang terus terjadi, rezim Ben Ali yang dibangun sejak 24 tahun lalu telah berakhir tepatnya setelah ia melarikan diri ke Arab Saudi. Ia menjadi pemimpin pertama negara Arab yang diusir oleh protes rakyatnya sendiri.

Bagaimana Respon Negara Lain Terhadap Munculnya Fenomena Arab Spring ?

Menyebarnya arus informasi mengenai gerakan protes yang berhasil mengusir rezim otoriter di Tunisa, telah mengilhami gelombang pemberontakan yang melanda seluruh dunia Arab. Mereka bersatu dan bangkit untuk memprotes rezim otoriter, korupsi, kemiskinan, dan lainnya. Seperti halnya di Mesir, penggulingan rezim Ben Ali di Tunisia telah menginspirasi protes serupa di kalangan pemuda Mesir. Pada Januari 2011, ribuan orang Mesir bersatu di beberapa kota seperti Kairo, Alexandria, dan lainnya untuk menuntut mundur Presiden Hosni Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun.

Setelah beberapa hari demonstrasi besar-besaran terjadi di Mesir, Presiden Husni Mubarak kehilangan dukungan militer yang pada akhirnya membuatnya untuk terpaksa melepaskan jabatannya. Didorong oleh keberhasilan gerakan Arab Spring di Tunisia dan Mesir, gerakan protes serupa terjadi juga di Yaman, Bahrain, Libya, dan Suriah di tahun 2011. Akan tetapi, tidak seperti di Tunisia dan Mesir, ungkapan kekecewaan dan ketidakpuasan rakyat di sejumlah negara tersebut seringkali menyebabkan pertumpahan darah dan berlarut-larut antara kelompok oposisi dan rezim yang berkuasa.

Di Libya, protes terhadap rezim Muanmmar al-Gaddafi berubah dengan cepat menjadi pemberontakan senjata. Bahkan kondisi yang terjadi di Libya sampai melibatkan NATO sebagai koalisi internasional yang meluncurkan kampanye serangan udara menargetkan pasukan Gaddafi setelah kelompok oposisi berada di ambang kekalahan. Pemberontakan di Libya berubah menjadi perang saudara karena Prancis, Inggris dan Amerika melakukan intervensi terhadap rezim Gaddafi. Hingga pada akhirnya Gaddafi ditangkap dan dibunuh oleh para pemberontak, dan negara ini telah terbagi antara administrasi berbasir di timur dan barat yang bersaing.

 Arab Spring di Suriah terjadi ketika sejumlah masyarakat menuntut Presiden Bashar al-Assad untuk mengundurkan diri. Hal ini dilatarbelakangi oleh rezim Assad dinilai telah melakukan sejumlah tindakan kekerasan dan brutal terhadap masyarakat sipil dan juga para pengunjuk rasa. Situasi yang terjadi di Suriah juga melibatkan sejumlah para intervensi asing yang membuatnya berubah menjadi perang saudara dan kondisi ini semakin berlarut-larut.

Bagaimana Dampak dari Fenomena Arab Spring ?

Dampak dari Arab Spring di Timur Tengah memang cukup besar, hal ini juga didorong dari adanya arus globalisasi yang membuat sejumlah informasi mudah didapatkan dan diakses dari seluruh dunia. Gerakan demonstrasi Arab Spring telah memberikan dampak bagi sejumlah aspek kehidupan manusia khususnya bagi negara-negara Arab di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Fenomena Arab Spring telah membuat masyarakat berpikir bahwa sekuat-kuatnya rezim otoriter atau diktator Arab dapat disingkirkan melalui pemberontakan rakyat akar rumput.

Baca Juga : Penyebab Perselisihan Konflik Arab Saudi dan Iran

Hal tersebut benar terjadi ketika kita melihat faktanya bahwa pada akhir 2011 sejumlah pemerintahan di beberapa negara seperti Tunisia, Mesir, Libya, Yaman telah tersapu oleh gerakan protes rakyat yang menuntut perubahan. Hal ini dikarenakan kekuatan rakyat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Walaupun jika rezim otoriter tersebut berhasil bertahan, mereka juga tidak dapat mengacuhkan permintaan massa. Pemerintah mau tidak mau harus dipaksa melakukan reformasi dengan sejumlah perubahan untuk mendapatkan kepercayaan mereka.

Kemudian, munculnya sejumlah ledakan aktivitas politik telah melanda kawasan Timur Tengah khususnya di negara-negara di mana pemberontakan berhasil menyingkirkan pemimpin yang telah lama menjabat. Ratusan partai politik, penduduk sipil, surat kabar, stasiun TV, media massa telah diluncurkan, ketika orang-orang Arab berusaha untuk merebut kembali negara mereka dari rezim yang buruk. Selain itu, fenomena Arab Spring di beberapa negara telah berubah menjadi arena konflik bersenjata dan perang saudara.

Belum ada Komentar untuk "Memahami Fenomena Arab Spring di Timur Tengah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel