Alasan Amerika Serikat Kembali Bergabung Ke Dalam Paris Agreement

Amerika Serikat secara resmi telah bergabung kembali ke dalam Perjanjian Konvensi Perubahan Iklim Paris atau yang biasa dikenal dengan Paris Agreement. Perjanjian tersebut dirancang untuk membatasi pemanasan global dan juga menghindari dampak yang berpotensi menimbulkan sejumlah bencana bagi kehidupan umat manusia. Sekitar hampir 200 negara telah menandatangani Paris Agreement dengan berkomitmen untuk membatasi emisi gas rumah kaca mereka dalam rangka menjaga pemanasan global di bawah 2 derajat Celcius, sebaik-baiknya di bawah 1,5 derajat Celcius dibandingkan dengan suhu pra-industri.

Paris Agreement merupakan kerangka kerja sama sejumlah negara di dunia terkait mitigasi perubahan iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk aksi global. Oleh karenanya konvensi ini menjadi sangat penting bagi negara-negara di dunia guna menunjukkan komitmennya dalam menghadapi isu perubahan iklim dunia. Sebelumnya, dunia dikejutkan dengan tindakan AS yang memilih untuk keluar dari Paris Agreement. Padahal AS sebagai negara industri besar seharusnya memiliki komitmen yang tinggi untuk berkontribusi dalam aksi global mitigasi perubahan iklim.

Pada tanggal 1 Juni 2017, Amerika Serikat dibawah pemerintahan Presiden Donald Trump mengumumkan niatnya untuk menarik AS keluar dari Paris Agreement. Trump menilai perjanjian konvensi perubahan iklim tersebut hanya akan membatasi AS dalam bersaing di dunia internasional. Ia juga menambahkan bahwa Paris Agreement dinilai sama sekali tidak menguntungkan bagi AS, melainkan merugikan negara adidaya itu.

Bagaimana AS Dapat Bergabung Kembali Ke Dalam Paris Agreement ?

Kembalinya AS ke dalam Paris Agreement di awali dengan sebuah janji yang dilontarkan oleh Presiden terpilih Joe Biden yang menyatakan bahwa ia bersumpah ketika segera dilantik sebagai Presiden, dia tak hanya akan bergabung kembali ke dalam Paris Agreement, dia juga akan mengadakan sejumlah pertemuan puncak dalam skala global untuk mendorong tindakan yang lebih agresif terkait isu mitigasi perubahan iklim dunia.

Baca Juga : AS Sindir China Karena Tidak Hadir Dalam Pertemuan COP26 Terkait Isu Perubahan Iklim Dunia

Dapat dikatakan bergabung kembali dengan Paris Agreement adalah salah satu prioritas utama Presiden Biden. Hal ini dibuktikan hanya beberapa jam setelah mengambil sumpah jabatan, dia langsung menandatangani perintah eksekutif yang membutuhkan proses 30 hari untuk bisa masuk kembali ke dalam pakta Paris Agreement. Pemerintahan Biden juga dikabarkan akan menjadikan perubahan iklim sebagai komponen kunci dari kebijakan luar negerinya, serta memasukkannya ke dalam percakapan bilateral dan multilateral.

Amerika Serikat di bawah pemerintahan Biden juga telah memetakan rencana menuju energi bersih dan hijau dengan menyiapkan dana sebesar $2 triliun, serta berjanji untuk mengurangi emisi dari energi listrik menjadi nol pada tahun 2035, dan mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050 mendatang. Selain bergabung kembali ke dalam Paris Agreement pada hari pertama ia menjabat, Biden juga menandatangani perintah eksekutif yang menginstruksikan semua lembaga untuk meninjau aktivitas atau kebijakan yang diambil selama empat tahun terakhir.

Dari peninjauan tersebut nantinya sejumlah tindakan dan kebijakan yang dinilai tidak konsisten dengan kebijakan iklim yang diprioritaskan pemerintahan Biden maka akan ditangguhkan, direvisi, atau bahkan dibatalkan. Mengingat sebelumnya pemerintahan Donald Trump yang tidak memprioritaskan isu perubahan iklim, seperti melemahkan peraturan untuk emisi metana, standar ekonomi bahan bakar, standar efisiensi energi peralatan, standar polutan udara yang berbahaya, dan sejumlah kebijakan lainnya.

Baca Juga : Akibat Perubahan Iklim, Sejumlah Negara di Eropa Dilanda Gelombang Panas

Tindakan eksekutif Biden juga telah mencabut perintah eksekutif Trump yang melemahkan persyaratan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari operasi federal, mempercepat tinjauan lingkungan, mempromosikan pengeboran pantai lepas, dan menghapus perlindungan untuk monumen nasional guna memungkinkan pengembangan bahan bakar fosil. Biden juga mengarahkan sejumlah lembaga untuk mengurangi subsidi berbahan bakar fosil, serta mengedukasi warga Amerika Serikat dengan memulihkan ilmu pengetahuan guna memerangi perubahan iklim.

Mengapa Paris Agreement Penting Bagi Amerika Serikat ?

Dengan bergabung kembali ke dalam panggung internasional melalui Paris Agreement, AS juga akan mendapatkan sejumlah keuntungan, seperti dapat membangun kembali aliansi diplomatik dan sejumlah regulasi. Ketika AS kembali merangkul Paris Agreement, Biden memposisikan AS untuk mendapatkan kembali posisi kompetitifnya dalam persaingan internasional untuk bisa menuai manfaat dan sejumlah keuntungan dari transisi energi ke dunia nol bersih.

Tak bisa dipungkiri, bahwa AS telah menjadi pemimpin dalam aksi iklim di dunia internasional. Secara umum, Amerika Serikat merupakan negara dengan ekonomi terbesar di dunia, hal ini juga menjadikannya sebagai salah satu kontributor terbesar untuk menghadapi isu perubahan iklim dunia. Sebagai negara dengan industri terbesar, AS dilaporkan menyumbang sekitar 1/7 dari total emisi di dunia. Hal ini berarti tindakan iklim AS memiliki pengaruh yang sangat besar juga terhadap iklim global kita. Dampak dan pengaruh AS terhadap perubahan iklim global tidak dapat diremehkan, dan perannya sebagai pemimpin global dalam aksi iklim tidak boleh ditinggalkan begitu saja.

Selain itu, tujuan Paris Agreement sejalan dengan tujuan mayoritas orang Amerika. Hal ini dibuktikan dengan survei yang dilakukan oleh Chicago Council on Global Affairs yang menemukan bahwa 71 persen orang Amerika mengatakan bahwa AS harus terus tetap berpartisipasi dalam Perjanjian Paris atau  Paris Agreement. Perjanjian Paris juga dapat mendorong momentum dan investasi dari sejumlah industri energi bersih yang berkembang pesat dalam pekerjaan dan bisnis di Amerika Serikat. Beberapa laporan mengatakan bahwa pekerjaan tenaga surya dan angin di AS tumbuh pada tingkat yang cukup tinggi sekitar 12 kali lebih cepat daripada ekonomi AS lainnya.

Baca Juga : Indonesia dan Australia Menggagas Kerja Sama Green Economy

Kemudian, Amerika Serikat juga telah menyadari bahwa untuk bersaing dan menang dalam ekonomi energi bersih global, maka AS membutuhkan Paris Agreement. Kita tahu bahwa dunia sekarang berada di tengah-tengah transisi menuju energi nol bersih. Sejumlah konsumen menuntutnya, yang berarti sejumlah industri berinvestasi di dalamnya dan lapangan pekerjaan pun melonjak. Hal ini bisa dimanfaatkan sebagai peluang bagi AS, karena jika AS tetap menjauh dari Paris Agreement maka ia akan kehilangan momentum dalam perlombaan energi nol bersih dan menyerahkan posisi kepemimpinannya serta peluang ekonomi yang luas kepada pesaingnya.

Belum ada Komentar untuk "Alasan Amerika Serikat Kembali Bergabung Ke Dalam Paris Agreement"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel