Respon Sejumlah Negara yang Siap Menjalin Hubungan dengan Taliban

Setelah kelompok Taliban berhasil mengambil alih Afghanistan, mereka telah mengeluarkan sejumlah pernyataan yang ditujukan kepada dunia internasional untuk meyakinkan bahwa mereka akan berusaha untuk menampilkan wajah mereka yang berbeda dari masa lalu kepada dunia internasional. Lebih lanjut, Taliban menginginkan pengakuan internasional dalam menjalankan roda pemerintahannya kedepan.

Kelompok ini juga mengatakan komitmen mereka dalam terwujudnya proses perdamaian, pemerintahan yang inklusif, menghargai beberapa hak kaum perempuan seperti perempuan diperbolehkan untuk mengejar pendidikan, dan mereka juga meyakini bahwa selama pemerintahannya kedepan tidak akan ada kekejaman yang terjadi.

Hal tersebut dilakukan Taliban untuk mendapatkan keinginannya agar dunia internasional bisa mempercayai mereka dengan membangun masa depan serta melupakan apa yang terjadi di masa lalu. Sejak berkuasanya Taliban di Afghanistan, terdapat sejumlah negara yang mulai melirik pemerintahan Taliban di Afghanistan, berikut daftar sejumlah negara tersebut:

    1. China

China merupakan salah satu negara pertama yang berani menyatakan kesediaannya dalam menjalin hubungan secara diplomatis dengan Taliban ketika mereka merebut kekuasaan di Afghanistan. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Hua Chunying ketika ditanya bagaimana langkah dan respon China terhadap Taliban yang baru berkuasa di Afghanistan dalam konferensi pers Kementerian Luar Negeri China. Ia mengatakan bahwa Beijing bersedia untuk menjalin hubungan baik dengan Taliban, dengan menyatakan bahwa China menghormati kehendak rakyat Afghanistan.

Baca Juga : Mengenal Lebih Dalam Tentang Kelompok Taliban

Lebih lanjut, perwakilan Taliban dan Duta Besar China untuk Afghanistan mengatakan bahwa China siap untuk mengembangkan hubungan bertetangga yang baik, persahabatan, dan kerjasama dengan Afghanistan serta memainkan peran konstruktif dalam perdamaian dan rekonstruksi di Afghanistan. Sejumlah orang menganggap bahwa ini merupakan petanda dimana China akan segera mengakui rezim Taliban dan akan terlibat penuh di Afghanistan.

Pada saat Taliban pertama kali berkuasa di Afghanistan tahun 1996 - 2001, China tidak mengakui Taliban. Namun, China saat ini berbeda dimana negeri panda itu memiliki beberapa faktor seperti, China saat ini memiliki kepentingan global dan juga tengah berdiri dalam persaingan geopolitik dengan Amerika Serikat. Selain itu, China juga melihat sumber daya alam Afghanistan dapat berdampak signifikan bagi pembangunan ekonomi China. Tak lupa bahwa China memiliki ketegangan hubungan persaingan dengan India di kawasan Asia Selatan, dengan begitu China memanfaatkan Afghanistan yang memiliki hubungan dekat dengan Pakistan guna melawan India yang merupakan pesaingnya.

Kedepannya, hubungan China dengan Taliban ini akan saling menguntungkan bagi kedua negara. China akan berusaha untuk menghidupkan kembali perekonomian di Afghanistan yang kemungkinan besar akan didukung dengan penanaman investasi yang akan memberikan pendapatan yang sangat dibutuhkan. Kita tahu bahwa ekonomi Afghanistan sangat rapuh dan bergantung pada bantuan luar negeri khususnya negara negara barat yang sekarang hampir terputus. Hal tersebut yang membuat Afghanistan ditangan Taliban siap untuk menerima sejumlah bantuan dan investasi China di negaranya.

Kemudian, hubungan keduanya juga akan berfokus untuk tidak mencampuri urusan internal masing masing. Bagi China, itu berarti Taliban tidak dapat mengusik dan mengekspor ekstremisme ke wilayah Xinjiang yang diduga terdapat tindakan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh China kepada etnis Muslim Uyghur. Dan bagi Taliban, itu berarti China tidak akan mempertanyakan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh kelompok itu kecuali warga China terlibat didalamnya.

    2. Rusia

Saat ini, Rusia memang mengambil tindakan untuk tidak terburu-buru dalam memberikan pengakuan kepada Taliban sebagai pemerintahan yang sah dimana Taliban masih ditetapkan sebagai kelompok teroris di Rusia. Akan tetapi, Presiden Rusia Vladimir Putin menjelaskan bahwa gerakan Taliban saat ini telah menguasai hampir seluruh wilayah Afghanistan termasuk ibu kotanya, dan Rusia harus bertindak berdasarkan kenyataan tersebut dimana tidak akan membiarkan perpecahan terjadi di negara Afghanistan. Hal ini menandakan sinyal bagi Rusia yang akan menjalin hubungan dengan pemerintahan Taliban di Afghanistan.

Tak seperti banyak negara lain, Rusia juga menjelaskan bahwa ia tidak akan mengevakuasi kedutaan besarnya di Kabul Afghanistan, melainkan Duta Besarnya akan segera bertemu dengan Taliban untuk melakukan dialog konstruktif setelah mereka mengambil alih ibukota. Uni Soviet pernah memiliki keterlibatan di Afghanistan pada perang 10 tahunnya di Afghanistan yang berakhir dengan penarikan pasukan Uni Soviet pada tahun 1989. Namun, Rusia tetap terus menjaga kontak dengan Taliban yang dibuktikan dimana Moskow telah membuka saluran dengan Taliban sejak 2015 dan telah mengadakan beberapa pembicaraan antar Afghanistan di ibu kota sejak 2018.

Rusia telah membangun kontak yang cukup solid dengan Taliban dalam beberapa tahun terakhir karena adanya isu penarikan AS yang semakin mungkin terjadi. Sebulan sebelum Taliban melancarkan serangan mereka untuk mengambil alih Kabul, delegasi Taliban mengunjungi Moskow untuk menawarkan jaminan bahwa mereka tidak akan mengancam kepentingan Rusia dan bekas sekutu Sovietnya di Asia Tengah. Hal ini menandakan bahwa Taliban menganggap hubungan dengan Rusia merupakan prioritas.

Baca Juga : Tragis ! Konfisi Afghanistan Setelah Taliban Berkuasa

Prioritas Rusia jika menjalin hubungan dengan pemerintahan Taliban ialah untuk memastikan pemahaman Taliban bahwa Rusia akan mengakui dan terlibat dengan mereka jika Taliban sebagai penguasa dapat memberikan jaminan keamanan di Asia Tengah dan berjanji untuk mencegah serangan teroris di wilayahnya. Walaupun Rusia telah menunjukan tanda tanda akan menjalin hubungan dengan Afghanistan, Rusia tetap mengadakan serangkaian latihan bersama dengan sekutunya di Asia Tengah guna mengantisipasi kemungkinan ancaman keamanan yang akan datang dari Afghanistan.

    3. Iran


Sebelumnya hubungan antara Iran - dan Afghanistan mengalami ketegangan akibat terjadinya peristiwa pembunuhan diplomat Iran di bawah rezim Taliban sebelumnya. Hal ini sampai mengakibatkan kedua negara hampir berperang pada tahun 1998. Namun seiring perkembangan waktu ketegangan hubungan antara Iran dan Taliban kian berkurang.

Ketika Taliban berhasil mengambil alih Afghanistan, Iran memberikan respon dengan menyambut baik kepergian pasukan Amerika Serikat dan berjanji untuk dapat menjalin kerjasama dengan pemerintahan Taliban. Lebih lanjut, Presiden baru Iran yaitu Ebrahim Raisi mengatakan, " Kekalahan militer Amerika Serikat harus menjadi kesempatan untuk memulihkan kehidupan, keamanan, dan juga perdamaian jangka panjang di Afghanistan."

Kementerian Luar Negeri Iran menjamu delegasi dari pemerintah Afghanistan dan Taliban dalam upaya untuk mempercepat pengisian kesenjangan diplomatik yang diakibatkan dari mundurnya pasukan AS dan juga berdialog terkait masalah keamanannya.

Taheran berusaha untuk menghormati pemerintahan Taliban di Afghanistan terlepas dari perbedaan ideologis yang mereka anut dimana Iran dengan paham Syiah dan Taliban dengan paham Sunninya, mereka memiliki banyak kesamaan seperti, pandangan radikal dan permusuhan mereka terhadap Amerika Serikat. Hal ini dapat membuka jalan bagi kedua negara untuk menuju kerjasama yang strategis di masa depan, asalkan Taliban bersedia memberikan jaminan yang kuat untuk menjaga kepentingan Syiah di Afghanistan.

Sejak dahulu Iran telah menjadi tetangga yang berpengaruh terhadap Afghanistan berdasarkan ikatan sejarah yang kuat dan hubungan budaya. Memberikan sinyal terkait siap menjalin hubungan dengan pemerintahan Taliban di Afghanistan merupakan langkah terbaru Iran yang didorong oleh kepentingan keamanannya termasuk dalam mengelola perbatasan dengan Afghanistan guna mencegah pengungsi dan penyelundupan obat-obatan terlarang serta menetralisir ancaman serangan teroris.

4. Inggris

Menurut Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace, Pemerintahan Inggris akan berkerjasama dengan Taliban jika memang mereka kembali berkuasa di pemerintahan Afghanistan. Selain itu Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyatakan bahwa Inggris telah mengakhiri militernya di Afghanistan setelah dua dekade perang berlangsung.

Inggris juga mengakui bahwa Taliban mungkin akan memiliki peran dalam menjalankan pemerintahan Afghanistan di masa depan. Lebih lanjut, Inggris juga percaya bahwa Taliban tidak akan lagi memberikan perlindungan kepada para kelompok teroris. Apa pun pemerintahannya saat ini, asalkan mematuhi norma norma internasional yang berlaku maka pemerintah Inggris akan siap menjalin hubungan dengannya.

Namun, Inggris juga menekankan bahwa sama seperti pemerintahan lain di seluruh dunia, jika memang mereka berperilaku yang jauh bahkan bertentangan dengan norma norma ataupun hak asasi manusia, maka dengan tegas Inggris akan meninjau hubungan itu. Inggris tidak menutup mata dengan peristiwa yang terjadi ketika pemerintahan Taliban di Afghanistan tahun 1996 - 2001 yang mendapat kecaman keras atas pelanggaran hak asasi manusia.

Diketahui bahwa sekarang ini Taliban sangat menginginkan pengakuan internasional. Mereka perlu dana untuk pembangunan negara dan menstabilkan perekonomian Afghanistan. Oleh karenanya menjalin hubungan dengan negara lain merupakan jawaban yang tepat untuk mencapai hal tersebut. Inggris juga menegaskan bahwa sebuah negara harus menjadi mitra perdamaian karena jika tidak mereka akan beresiko untuk terisolasi yang pada nantinya akan membawa mereka pada kondisi yang terpuruk.

    5. Pakistan

Pemerintahan dan militer Pakistan mendukung penuh kemenangan Taliban dalam mengambil alih Afghanistan. Hal ini dinilai bahwa Taliban telah berhasil memutuskan rantai perbudakan. Menteri Luar Negeri dan Penasihat Keamanan Nasional Pakistan secara terbuka mendesak masyarakat internasional untuk terlibat dengan Afghanistan yang sekarang dipimpin oleh Taliban.

Pakistan memang merupakan sekutu Amerika Serikat, namun Pakistan telah lama dituduh secara diam diam membantu Taliban selama pemberontakan 20 tahun mereka di Afghanistan. Ada sekiranya tiga alasan yang menunjukan dukungan Pakistan terhadap pemerintahan Taliban di Afghanistan saat ini.

Baca Juga : Penyebab Taliban Berhasil Menguasai Afghanistan

Pertama, Pakistan memiliki kepentingan ideologis pada Taliban karena pada dasarnya Pakistan muncul pada tahun 1947 sebagai negara Muslim dan Islam yang memiliki misi menyatukan banyak komunitas yang berbeda dengan identitas linguistik dan etnis yang beragam. Para pemimpin Taliban juga mendukung nasionalisme Islam. Kedua, para petinggi Pakistan khawatir mengenai wilayah perbatasan dengan Afghanistan dan percaya bahwa pemerintah Taliban dapat meredakan kekhawatiran mereka.

Alasan yang terakhir ialah menggandeng Afghanistan untuk kepentingan melawan persaingan dengan India. Pakistan telah menuduh India berusaha mengeksploitasi perpecahan etnis dan bahasa guna mengacaukan dan memecah internal negara. Pemerintahan Taliban dapat membantu Pakistan melawan India, termasuk dengan menyediakan tempat berlindung bagi kelompok jihad anti-India.

Belum ada Komentar untuk "Respon Sejumlah Negara yang Siap Menjalin Hubungan dengan Taliban"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel