Ketidakstabilan Ekonomi Argentina yang Terus Menghadapi Sejumlah Tekanan

Krisis Ekonomi hingga Ketidakstabilan Ekonomi yang terjadi di Argentina masih terus berlanjut. Dunia Internasional tidak lagi mengenal Negara Argentina sebagai sebuah negara yang kaya dengan perkapita tinggi, dunia justru melihat Argentina sebagai contoh negara yang kurang baik dalam membangun ekonomi sebuah negara.  Meski bukan masuk golongan negara miskin, tapi kini, pendapatan perkapita rakyat Argentina jauh dibawah negara-negara yang dulu pernah dibawahnya, seperti Jerman, Korsel, Prancis, Jepang, dan sejumlah negara lain.

Bagaimana Kronologis Ketidakstabilan dan Krisis Ekonomi yang terjadi di Argentina ?

Pada tahun 1976 merupakan titik awal mulai kolaps-nya ekonomi Argentina karena pengeluaran besar yang dibiayai dengan hutang besar-besaran. Dikabarkan bahwa dari tahun 1976 hingga 1989, pendapatan riil masyarakat turun lebih dari 1 persen setiap tahunnya karena adanya kondisi hyper inflasi. Hal ini menyebabkan sejumlah bank terpaksa tutup, karena kepercayaan masyarakat pada mata uang peso telah turun drastis. Kemudian kepercayaan masyarakat pada kebijakan ekonomi pemerintah juga telah pada titik akhir.


Sampai pada akhir tahun 1980-an, hutang Argentina tercatat telah mencapai lebih dari 3/4 GNP-nya. Hal ini membuat Pemerintah Argentina mulai menganut sistem yang liberal pada tahun 1991 ketika Presiden Carlos Menem memimpin pemerintahan. Dengan melakukan sejumlah upaya seperti memprivatisasi beberapa BUMN, mengurangi subsidi, dan menggunakan hasil penjualan BUMN untuk membayar hutang.

Namun, dibarengi dengan gejolak politik yang parah, program liberalisasi ekonomi Argentina terbukti tidak berhasil mengangkat Argentina dari jurang resesi, namun justru membuatnya tambah terpuruk dengan kesenjangan pendapatan yang sangat tinggi. Dimana Argentina yang sudah menderita dengan tumpukan hutang luar negeri akhirnya terjungkal kembali. Perekonomiannya tidak menunjukan pertumbuhan bahkan tidak ada prospek untuk tumbuh dalam waktu dekat.

Baca Juga : Apa itu IMF ? Berikut Pengertian, Sejarah, Tujuan, dan Fungsinya

Pada akhirnya para investor (kreditor dalam bentuk obligasi) menyadari bahwa Argentina tidak akan mampu lagi membayar hutang yang jumlahnya mencapai $132 milyar. Hal itu diumumkan resmi pada saat itu oleh presiden pengganti Carlos Menem yakni, Presiden Rodriguez SaĆ” yang menyatakan bahwa Argentina default, yang berarti tidak sanggup membayar utang atas pinjaman utang luar negerinya. Ini merupakan pernyataan default terbesar yang tercatat dalam sejarah.

Argentina yang terus tertekan dengan permasalahan ekonomi selama bertahun-tahun mengambil langkah untuk meminta bantuan dana dari pihak luar yaitu International Monetary Fund (IMF). Argentina dan IMF telah melakukan sejumlah kesepakatan untuk menangani permasalahan ekonomi yang terjadi di Argentina. 

Walaupun kehadiran IMF secara luas dinilai justru memperburuk keadaan perekonomian Argentina khususnya pada krisis ekonomi Argentina tahun 2001. Namun Pemerintah Argentina tidak berhenti meminta bantuan kepada organisasi internasional ini, seperti pada tahun 2018 dimana Argentina telah mencapai kesepakatan pinjaman dengan IMF dengan dana yang fantastis mencapai $50 miliar.

Apa yang Menyebabkan Ketidakstabilan dan Krisis Ekonomi di Argentina ?

Beberapa sumber mengatakan bahwa yang paling berperan dalam ketidakstabilan dan krisis ekonomi Argentina adalah karena ketidakstabilan politik yang disebabkan karena kudeta junta militer pada tahun 1930-an. Kegoncangan politik ini kemudian diikuti dengan kebijakan politik dan ekonomi yang baru dimana menjadi awal dari ketidakstabilan dan krisis ekonomi Argentina.

Ditambah lagi pada saat itu dunia juga sedang dilanda kegoncangan politik dan ekonomi yang diakibatkan oleh sejumlah peristiwa yakni, Perang Dunia I (1914-1918), Great Depresion (1929-1931), dan juga Perang Dunia II (1939-1945). Sejumlah rentetan peristiwa tersebut telah mempengaruhi berbagai aspek salah satunya ialah berpengaruh pada daya beli masyarakat dunia. Hal ini mendatangkan kerugian bagi Argentina karena pada prakteknya mempengaruhi penghasilan terbesar Argentina, yakni dari sektor perdagangan atau ekspor - impor.

Baca Juga : IMF dan Dominasi Amerika Serikat di Dunia Internasional

Pemerintahan Junta militer kemudian memformulasikan beberapa kebijakan baru seperti memberlakukan strategi yang disebut import substitution. Hal ini merupakan kebijakan untuk menghentikan impor dari luar negeri, dengan memproduksi sendiri produk-produk yang selama ini diimpor yang sebagian besar adalah produk yang menggunakan teknologi permesinan.

Hal tersebut mendatangkan bencana bagi Argentina, karena Argentina yang selama ini sangat ahli dan berkuasa di bidang agrikultur, kini dipaksa berubah secara cepat menjadi negara industri. Selain itu para pekerja di pabrik-pabrik industri tersebut digaji tinggi dan diberi bonus oleh pemerintah dengan cara mencetak uang baru.

Sejumlah kebijakan tersebut, telah membawa posisi Argentina yang semakin terpuruk. Kebijakan mencetak uang baru secara besar-besaran dan terus menerus telah memicu inflasi yang berkepanjangan, sehingga pendapatan riil masyarakat lambat laun terkikis. Kemudian, karena adanya kebijakan memprioritaskan sektor industri dengan menawarkan gaji pekerja yang tinggi yang membuat banyak masyarakat meninggalkan sektor  agrikulture dan beralih ke sektor industri. Sehingga hal ini menyebabkan produksi hasil bumi turun sangat drastis, ekspor turun drastis, dan kelangkaan bahan pangan juga mulai berdampak langsung pada ekonomi dalam negeri Argentina.

Bagaimana Kondisi Perekonomian Argentina saat Pandemi Covid-19 ?

Argentina telah menjadi negara ke-5 di Amerika Latin yang mencatat 100.000 angka kematian akibat Covid-19. Lonjakan Covid-19 menyebabkan terpuruknya layanan kesehatan dan memperburuk krisis ekonomi yang sudah mengerikan. Bahkan, Kementerian Kesehatan Argentina menyatakan bahwa negaranya mencatat total angka 614 kematian baru dalam waktu 24 jam terakhir. Pemerintah setempat juga telah menerapkan langkah-langkah dalam menghadapi pandemi seperti Lockdown.

Bukan hanya pandemi Covid-19 saja yang menenggelamkan negara Argentina, namun krisis dan ketidakstabilan ekonomi juga terus menghantam Argentina. Pandemi telah memperburuk situasi ekonomi Argentina yang memang sudah sulit. Dimana sekitar 42 persen dari 19 juta penduduk Argentina itu hidup di bawah garis kemiskinan serta angka pengangguran telah mencapai 10,2 persen.

Baca Juga : Penyebab Krisis Ekonomi dan Politik yang Melanda Sri Lanka

Keterpurukan ekonomi yang sudah berlangsung pada tahun 2018 ini, telah menyebabkan Argentina sebagai salah satu negara dengan tingkat inflasi tertinggi di dunia mencapai -32 persen. Selain itu, Argentina juga memiliki hutang kepada IMF sebesar $44 miliar yang harus segera dibayarkan. Keterpurukan ekonomi yang dihadapi Argentina ini juga menuai respon dari masyarakatnya, dimana ribuan masyarakat di Buenos Aires turun ke jalan untuk melakukan protes dalam menuntut perbaikan ekonomi di negara tersebut.

Belum ada Komentar untuk "Ketidakstabilan Ekonomi Argentina yang Terus Menghadapi Sejumlah Tekanan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel