Pembantaian di Myanmar Kembali Terjadi, Bagaimana Respon Dunia Internasional ?

Peristiwa mengenaskan terjadi kembali di Myanmar, sejumlah laporan mengatakan bahwa terjadi pembunuhan dan pembakaran terhadap lebih dari 30 warga sipil pada 24 Desember 2021. Pembantaian yang dilakukan oleh militer Myanmar menjelang Hari Natal ini telah membuat penduduk setempat hancur dan ketakutan khususnya di Negara Bagian Kayah. Tak hanya itu, pembantaian malam Natal di Myanmar Timur dilaporkan telah merenggut nyawa lebih dari 30 orang termasuk wanita dan anak anak yang tewas dibunuh lalu dibakar di dalam kendaraan mereka.

Peristiwa ini bermula ketika pada 24 Desember dini hari, Pray Meh yang merupakan kelompok etnis Karenni yang mayoritas beragama Kristen terbangun oleh suara drone terbang di atas desanya di kotapraja Hpruso di Negara Bagian Kayah Tenggara Myanmar. Suara drone tersebut sebenarnya tidak asing lagi bagi mereka, mengingat sejak bentrokan antara pasukan anti-kudeta dan militer meletus pada bulan Mei suara tersebut sudah menjadi familiar.

Pray Meh biasanya melakukan perayaan Natal bersama dengan komunitasnya, akan tetapi tahun 2021 kemarin dengan beredarnya sejumlah kudeta militer dan konflik bersenjata yang pada akhirnya membuat warga tidak memiliki keinginan untuk merayakannya. Oleh karena itu Pray Meh merencanakan untuk pergi ke Greja terdekat dalam rangka berdoa bagi perdamaian. Alih-alih menunggu malam Natal dengan ketenangan dan perdamaian, pada tengah hari gumpalan asap menyelubungi desa dan beredarnya desa-desu bahwa militer Myanmar telah membunuh warga sipil setempat.

Hal tersebut membuat warga sekitar berlindung di desa terdekat, dan berusaha untuk menunggu kabar baik terbaru. Ironisnya keesokan harinya setelah malam Natal, telah dilaporkannya penemuan sisa-sisa hangus dari 30 orang yang berada di dalam kendaraan masing-masing mereka yang terbakar. Sejumlah foto dan video pun beredar melalui media sosial yang dipublikasikan oleh warga sipil setempat yang menunjukkan foto-foto truk dan beberapa mobil di jalan raya setempat yang benar-benar hangus terbakar. Mayat-mayat yang terbakar juga tampak terlihat di dalam foto yang beredar. 

Baca Juga : Peran Indonesia Dalam Konflik Etnis Muslim Rohingya di Myanmar

Sejumlah laporan mengatakan bahwa sekitar 7 kendaraan tidak berhenti ketika militer Myanmar memerintahkan mereka untuk berhenti. Hingga pada akhirnya mereka menembak dan membunuh dengan cara membakarnya. Menurut media yang dikelola oleh militer, para korban yang terbakar di dalam kendaraan merupakan dan diduga merupakan anggota bersenjata dari kelompok perlawanan bersenjata setempat. Di sisi lain, menurut Pasukan Pertahanan Rakyat Karenni mengatakan bahwa para korban yang dibakar bukanlah pejuang pemberontak, melainkan para pengungsi perempuan dan anak-anak yang melarikan diri demi keselamatan mereka.

Dokter medis dengan tim investigasi melakukan analisis forensik terhadap para mayat yang hangus terbakar, mereka menyimpulkan bahwa para korban telah ditembak sebelum akhirnya dibakar.Tak bisa dipungkiri, pertempuran antara militer dengan Pasukan Pertahanan Rakyat telah menjadi hal biasa di Myanmar tetapi militer telah dituduh melakukan pelanggaran HAM yang tak terhitung banyaknya atas pembunuhan warga sipil tidak berdosa dan pengunjuk rasa damai.

Bagaimana Respon Internasional Terhadap Insiden Ini ?

Kelompok kemanusiaan Save The Children juga melaporkan bahwa dua anggota staff Burma telah terperangkap dalam insiden pembantaian dan pembakaran di dalam kendaraan yang sekarang telah dinyatakan hilang. Mereka juga mengatakan bahwa militer telah memindahkan secara paksa orang-orang dari mobil mereka, serta menangkap beberapa orang dan membunuhnya hingga pada akhirnya membakar tubuh mereka. Kelompok tersebut juga memperkirakan terdapat sekitar 38 kematian secara total.

Kelompok Save The Children sangat mengutuk keras tindakan yang dilakukan oleh militer Myanmar, terlebih beberapa staffnya ikut terlibat dalam insiden tersebut. Menanggapi pembantaian terbaru di Myanmar, pelapor khusus PBB Tom Andrews mengatakan sudah waktunya bagi dunia untuk mengambil tindakan lebih lanjut, baik melalui Dewan Keamanan PBB ataupun melalui KTT Darurat Internasional. Andrews menilai bahwa kata-kata ataupun kecaman serupa terasa hampa bagi masyarakat Myanmar sementara junta militer terus melakukan pembunuhan massal terhadap mereka.

Baca Juga : Respon Organisasi HAM Internasional Terhadap Tragedi Kemanusiaan di Myanmar

Sejumlah kecaman juga datang dari beberapa negara, seperti Duta Besar AS untuk Myanmar mengatakan melalui media sosialnya bahwa " Pada Hari Angkatan Bersenjata Myanmar, pasukan keamanan membunuh warga sipil yang tidak bersenjata, termasuk anak-anak, dan orang-orang yang mereka bersumpah untuk dilindungi. Pertempuran darah ini mengerikan dan bukanlah suatu tindakan militer yang profesional". Sementara itu, Delegasi Uni Eropa ke Myanmar mengatakan bahwa pembantaian tersebut juga akan selamanya terukir sebagai hari teror dan penghinaan.

Belum ada Komentar untuk "Pembantaian di Myanmar Kembali Terjadi, Bagaimana Respon Dunia Internasional ?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel