Arab Saudi Hadirkan Ka'bah di Metaverse, Inovasi Haji Virtual Tengah Dipersiapkan

Seiring perkembangannya zaman telah membuat sejumlah sektor seperti teknologi mengalami kemajuan yang signifikan. Selain itu, perkembangan situasi dan kondisi kehidupan manusia yang dinamis semakin kompleks. Beberapa ide atau gagasan inovasi maupun trobosan baru bermunculan untuk membantu atau bahkan memudahkan kehidupan umat manusia.

Seperti sekarang-sekarang ini di mana dunia internasional dilanda oleh kondisi krisis pandemi Covid-19. Sehingga membuat segala aktivitas manusia baik dalam bidang pendidikan, pariwisata, sosial, bahkan agama dilakukan secara online. Hal tersebut dilakukan untuk membantu kehidupan umat manusia dalam rangka mengurangi penyebaran pandemi Covid-19 yang masif.

Selain dari dunia pendidikan, inovasi dan trobosan baru juga terjadi dalam praktik keagamaan. Para umat beragama diminta untuk menjauh dari banyak tempat suci keagamaan untuk menghindari kerumunan dalam rangka memutus rantai penyebaran Covid-19. Namun, teknologi hadir untuk membantu dalam menjembatani aktivitas dan kewajiban umat beragama dengan sejumlah layanan seperti streaming, video online ataupun sejumlah layanan lainnya yang bisa diakses dari jauh. Seperti halnya yang dilakukan oleh Arab Saudi dalam berinovasi menggagas " Haji Virtual ".

Bagaimana Konsep Ka'bah di Metaverse yang Digagas oleh Arab Saudi ?

Pada tahun 2019, tercatat hampir sebanyak 2,5 juta peziarah dari seluruh dunia melaksanakan ibadah haji dan umrah. Hal tersebut merupakan kewajiban sekali seumur hidup bagi setiap umat Muslim yang mampu melaksanakannya. Ibadah haji dan umrah yang dapat dilakukan kapan saja sepanjang tahun sesuai dengan kalender lunar Islam ini telah membawa keuntungan bagi Arab Saudi. Berdasarkan data resmi yang diperoleh, Arab Saudi telah menerima sekitar USD 12 miliar per tahun terkait penerimaan wisata religi.

Namun dengan jumlah total kasus virus corona yang dimiliki oleh Arab Saudi yang mencapai 593.545 kasus, membuat pihak berwenang melakukan beberapa kebijakan. Pada tahun 2020, Kementerian Haji Arab Saudi telah membatasi jumlah peziarah yang hanya sekita 1.000 sampai 10.000 saja.

Baca Juga : Apa itu Saudi Vision 2030 

Ketika datang untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah di Arab Saudi, salah satu momentum yang paling penting adalah menyentuh dan mencium batu hitam atau yang biasa dikenal dengan "Hajar Aswad" yang merupakan awal dan titik akhir dari Tawaf. Akan tetapi, karena jumlah orang yang banyak, keramaian sepanjang tahun di Ka'bah, dan kondisi pandemi yang terus berlangsung, membuat banyak peziarah merasa sulit untuk mencapai momentum tersebut. Dengan trobosan yang digagas oleh Pemerintah Arab Saudi, hal tersebut tidak akan lagi menjadi masalah.

Arab Saudi telah membawa situs yang dianggap paling suci bagi umat Islam ke zaman Metaverse di mana proyek ini dikenal dengan Virtual Black Stone Initiative. Inisiatif yang digagas oleh Arab Saudi ini hadir untuk memungkinkan umat Islam menyentuh Hajar Aswad di Ka'bah yang berada di Mekah secara virtual melalui teknologi Virtual Reality (VR) yang dapat diakses dari rumah mereka. Singkatnya, Metaverse merupakan lingkungan virtual di mana seseorang bisa melakukan segala aktivitas serta menjelajah dengan pengguna internet lainnya yang tidak berada dalam ruang fisik yang sama dengan orang tersebut.

Inovasi Haji Virtual diluncurkan oleh Sheikh Abdul Rahman Al Sudais sebagai Kepala Kepresidenan untuk Urusan Dua Masjid Suci. Inisiatif ini terdiri dari simulasi situs ziarah utama Muslim di Mekah yang sekarang dapat dikunjungi dari mana saja berkat virtual reality. Dengan trobosan baru ini, Ka'bah dapat dilihat dan disentuh secara virtual dari rumah. Al Sudais berpendapat bahwa situs keagamaan dan sejarah yang hebat di Arab Saudi harus digitalkan dan dikomunikasikan kepada semua orang melalui sarana teknologi terbaru.

Baca Juga : Sejarah Singkat Konflik Rusia - Ukraina

Ketika meresmikan program tersebut, Al Sudais mengatakan bahwa trobosan ini bertujuan untuk menggunakan virtual reality (VR) dan pengalaman digital yang mensimulasikan realitas nyata. Ia juga menekankan pentingnya untuk menciptakan lingkungan virtual yang tidak hanya melibatkan penglihatan dan pendengaran, akan tetapi juga indera peraba dan bahkan penciuman agar pengguna mendapatkan pengalaman yang terbaik.

Inisiatif ini telah dipromosikan pada saar Arab Saudi sedang mengembangkan serangkaian proyek penting yang berkaitan dengan realitas virtual dan kecerdasan buatan, terutama yang bertujuan untuk membuat smart cities.

Bagaimana Respon Dunia Internasional Terkait Haji Virtual ?

Inisiatif proyek yang digagas oleh Arab Saudi di dunia Metaverse yang disebut "Virtual Black Stone Initiative" di mana memungkinkan para pengunjung atau peziarah mengunjungi Ka'bah secara virtual. Arab Saudi juga percaya bahwa terobosan baru ini dapat memberikan pengalaman yang terbaik hampir seperti di dunia nyata, karena para peziarah juga bisa mengunjungi Hajar Aswad secara virtual namun dilengkapi dengan indra penglihatan, pendengaran, peraba, dan juga penciuman.

Akan tetapi, proyek yang digagas oleh Arab Saudi ini juga memicu kontroversi di antara sejumlah orang di berbagai negara. Kepresidenan Urusan Agama Turki (Diyanet) merespon proyek yang digagas oleh Arab Saudi tersebut dengan mengatakan bahwa meskipun orang-orang dapat mengunjungi Ka'bah di Metaverse atau secara virtual, namun hal ini tidak akan dihitung sebagai ibadah yang sebenarnya.

Menurutnya, kegiatan haji virtual di Metaverse tidak dapat terjadi karena haji pada dasarnya harus dan akan dilakukan dengan pergi ke kota suci Mekah di dalam kehidupan yang nyata di mana kaki orang harus menyentuh tanah. Di samping itu, respon lainnya datang dari Indonesia melalui Majelis Ulama Indonesia (MUI). Sama seperti respon yang diberikan oleh Turki, Majelis Ulama Indonesia menyatakan bahwa kegiatan ibadah haji ataupun umrah melalui dunia virtual Metaverse dianggap tidak sah karena tidak memenuhi syarat sah rukun haji.

Baca Juga : Apa itu Arab Spring 

Ketua Fatwa MUI Asrorun Niam mengatakan bahwa kegiatan ibadah haji tidak cukup dengan hanya mengunjungi Ka'bah secara virtual saja. Ibadah haji adalah ibadah mahdlah yang bersifat tauqify di mana tata cara pelaksanaannya telah diatur dengan membutuhkan kehadiran fisik. Walaupun begitu, MUI tetap menilai kemajuan teknologi tersebut sebagai suatu pencapaian yang harus diapresiasi khususnya dalam bidang praktik keagamaan. Manfaat yang dapat diambil dari proyek tersebut adalah memberikan kemudahan bagi para calon jamaah dengan memberikan gambaran dan mengenali beberapa lokasi secara virtual.

Belum ada Komentar untuk "Arab Saudi Hadirkan Ka'bah di Metaverse, Inovasi Haji Virtual Tengah Dipersiapkan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel